Semilir angin malam yang masuk melalui celah-celah jendela kamar Bunga,menambah rasa nyamannya berbaring diatas ranjangnya yang sangat empuk. Cukup lama dia menikmati sensasi kenyamanannya itu,sampai akhirnya kenyamanannya itu membawa rasa ngantuk yang teramat sangat. Bunga pun memejamkan matanya perlahan,membuka gerbang mimpi dan mulai memasukinya. Alam sadarnya pun kini telah bertukar posisi dengan alam bawah sadarnya yang membawa Bunga pergi jauh menyurusi mimpi-mimpinya.
BRRRAAAAKKK!!
Terdengar suara pintu yang dibanting dengan keras. Sontak Bunga pun terperanjat dari tidurnya itu.
"Lelaki jahanam!" maki seorang wanita yang tak lain adalah mama Bunga.
BRRRAAAAKKK!!
Terdengar suara pintu yang dibanting dengan keras. Sontak Bunga pun terperanjat dari tidurnya itu.
"Lelaki jahanam!" maki seorang wanita yang tak lain adalah mama Bunga.
Ya, kejadian ini bukanlah kejadian asing lagi buat Bunga. Hampir setiap malam orangtuanya bertengkar. Sementara itu Bunga hanya bisa menangis dan bersembunyi dibalik ranjangnya.
"Kenapa selalu begini? Apakah mereka gak sadar kalau masih ada aku disini?"ucap Bunga terisak.
Sepanjang malam Bunga hanya bisa menangis,memaki orangtuanya yang tidak tau malu.
☼☼☼
Bunga merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Bunga memiliki seorang kakak,namun kakaknya sedang melanjutkan studinya di jakarta. Papa Bunga adalah seorang anggota eksekutif yang bekerja di pemerintahan negara,sedangkan mama Bunga adalah pemilik distro yang cukup besar di kotanya tersebut.
Pertengkaran orangtua Bunga tersebut dimulai saat mamanya Bunga melihat suaminya sedang menggandeng wanita lain ke tempat karauke, mama Bunga yang kesal dengan perbuatan suaminya pun langsung melabrak wanita yang sedang di gandeng suaminya tersebut dan pertengakaran itu pun berlanjut dirumah. Sementara itu papa Bunga yang tidak senang dituduh selingkuh,menjadi jarang pulang kerumah karena malas bertemu dengan istrinya yang terus-terusan menuduhnya telah selingkuh.
Setiap malam Bunga hanya bisa mendengarkan mamanya menangis dan memaki papanya itu. Sesekali Bunga mengintip dibalik pintu kamarnya. Tidak jarang Bunga melihat perlakuan kasar papanya yang sedang menampar istrinya ,karena tidak tahan mendengar makian istrinya itu. Bunga pun terhenyat dan kembali menutup pintu kamarnya rapat-rapat,menangis dan bersembunyi.
☼☼☼
Matahari yang mengintip di ufuk timur,mulai menampakkan binar-binar kekuasaanya. Menggantikan posisi Bulan yang memantulkan cahaya darinya. Di sudut kelas yang sepi,telah duduk seorang wanita manis yang gak lain adalah Bunga. Sudah seminggu ini Bunga selalu datang lebih awal kesekolah. Bunga terlihat duduk termenung, wajahnya sangat miris. Terlihat jelas air mukanya yang sedang bersedih.
"Bunga,kamu kenapa?" tanya Ara yang gak lain adalah sahabat Bunga. Ara dapat melihat jelas kalau sahabatnya itu sedang mempunyai masalah.
"Bunga,kamu kenapa?" tanya Ara yang gak lain adalah sahabat Bunga. Ara dapat melihat jelas kalau sahabatnya itu sedang mempunyai masalah.
"Orantuamu bertengkar lagi ya?"tebak Ara.
Bunga tidak menjawab sepatah kata pun. Bunga hanya memberikan isyarat anggukan saja kepada Ara. Ara pun mengerti masalah apa yang sedang ditimpa sahabatnya itu,karena sebelum-sebelumnya Bunga telah menceritakan aib keluarganya itu kepada Ara.
"Nanti malam aku nginap di rumahmu ya, Ra. Boleh kan?"pinta Bunga mulai bicara.
"Kamu ini kayak baru sehari aja jadi sahabatku. Ya tentu bolehlah. Atau sementara ini kamu tinggal di rumahku aja"tawar Ara.
"Makasih ya,Ra"ucap Bunga seadanya.
☼☼☼
Malam itu Bunga telah bersiap-siap untuk menuju rumah Ara. Bunga pun telah mengemas barang-barang yang sekiranya diperlukan.
"DASAR ISTRI SIALAN!!kau mempermalukanku hari ini"pekik papa Bunga seraya menghampiri istrinya.
"DASAR ISTRI SIALAN!!kau mempermalukanku hari ini"pekik papa Bunga seraya menghampiri istrinya.
PLAAKKK!!
Terdengar suara tamparan yang cukup keras hingga sampai ke telinga Bunga. Bunga pun yang tidak tahan dengan kelakuan orangtuanya itu langsung keluar kamar dan menghampiri kedua orangtuanya yang sedang beradu maki. Kini emosi dan amarah Bunga telah menggerogoti akal sehatnya. Bunga telah siap untuk memuntahkan magma yang berisi amarah dan kekecewaannya terhadap orangtuanya itu.
"APAKAH KALIAN MASIH MENGANGGAP AKU DISINI"jerit Bunga mengalahkan suara papa dan mamanya.
"APAKAH KALIAN MASIH MENGANGGAP AKU DISINI"jerit Bunga mengalahkan suara papa dan mamanya.
Sontak papa dan mama Bunga terkejut melihat anaknya telah berdiri diantara mereka dalam keadaan menangis.
"Apakah ini rumah? Apakah ini keluarga?"lanjut Bunga terisak.
Papa dan mama Bunga hanya terdiam saja mendengar ucapan anaknya. Tak ada satupun jawaban yang keluar dari mulut mereka. Bunga pun menatap miris kedua orangtuanya yang hanya mematung akan semua pertanyaan-pertanyaan Bunga. Bunga pun meninggalkan orangtuanya dan pergi tanpa tujuan. Sudah hilang niatnya untuk menginap dirumah Ara. Sepeda motornya pun melesat dengan kencangnya sedangakan pikiran Bunga jauh melayang entah kemana.
"STOPPP!!"teriak seorang pria.
"STOPPP!!"teriak seorang pria.
Bunga tersentak membuyarkan lamunannya. Bunga pun kaget,kini dari arah berlawanan terdapat sebuah truk besar yang melesat kencang ke arahnya,hanya 10 meter jarak truk itu darinya.
"Oh Tuhan, jika memang ini yang kau takdirkan padaku, aku siap untuk menemuimu dan meninggalkan semua masalahku. Aku milikmu sekarang!"gumam Bunga pasrah seraya memejamkan matanya.
Bungapun menunggu detik-detik tragis yang akan merenggut nyawanya. Tapi tiba-tiba,seperti ada yang mengendalikan kemudinya,sepeda motor Bunga berhasil mengelak dari truk tersebut. Bunga pun tak sadar kalau dia telah selamat dari detik-detik yang akan menjemput mautnya. Perlahan Bunga membuka matanya dan tak percaya kalau dia masih hidup,Bunga masih diatas sepeda motornya tanpa kekurangan apapun. Bunga pun menghentikan laju sepeda motornya dan masih tak bisa percaya dengan kejadian tadi.
"APAKAH KAU INGIN MATI?"bentak seorang pria yang kini tengah berdiri didepan Bunga.
"APAKAH KAU INGIN MATI?"bentak seorang pria yang kini tengah berdiri didepan Bunga.
Sontak Bunga pun terkejut, ia tidak menyadari kalau ada orang yang berdiri didepanya.
"Aku sudah menyuruhmu berhenti. Kenapa kau malah terus melajukan motormu. Apa kau tidak mendengar teriakanku"tanya pria itu lagi.
"AKU MENDENGARMU DAN AKU MEMANG INGIN MATI!" ucap Bunga sinis.
"Instan sekali caramu itu. Ingin mati dan meninggalkan semua masalahmu tanpa mencari jalan keluarnya" ucap pria tersebut tak kalah sinisnya.
"Instan sekali caramu itu. Ingin mati dan meninggalkan semua masalahmu tanpa mencari jalan keluarnya" ucap pria tersebut tak kalah sinisnya.
Bunga pun kesal dengan celotehan orang yang belum dikenalnya itu.
"Tau apa dia tentang aku. Kenal saja belum"gumam Bunga dalam hati sambil menatap wajah pria itu dengan tatapan sadisnya.
"Aku tau semua tentangmu BUNGA! ".
"Aku tau semua tentangmu BUNGA! ".
Bunga pun kaget mendengar ucapan pria itu yang seakan bisa membaca isi hati dan pikirannya.
"Aku FAJAR"ucap Fajar memperkenalkan.
"DAN AKU GAK TAU SEMUA TENTANGMU FAJAR,DAN AKU GAK MAU TAU"ucap Bunga sadis seraya meninggalkan Fajar.
"Cewek yang aneh! "gumam Fajar sambil tersenyum
☼☼☼
Bunga terlihat sedang menyendiri di bawah pohon beringin yang berada di sudut sekolah. Nampaknya Bunga merasa betah dan nyaman untuk berlama-lamaan disana. Pikirannya pun melayang pada kejadian tadi malam. Pertemuannya dengan lelaki aneh yang sama sekali tidak ia kenal.
"Siapa lelaki itu? Kenapa dia tau namaku?"tanya Bunga sendiri.
"Lelaki yang mana,Nga?"
Rupanya Ara telah berada disamping Bunga.
"Hemm, bukan siapa-siapa,Ra"jawab Bunga gugup.
"Maaf ya tadi malam aku gak jadi nginap dirumahmu,Ra. Ada masalah dikit"lanjut Bunga mengalihkan pembicaraan.
☼☼☼
Pikiran Bunga gusar. Ia terus membayangakan sosok Fajar yang ditemuinya tadi malam.
"BERCAHAYA"
Sebuah kata terlontar dari mulut Bunga. Ya, tidak dapat dipercaya memang. Tadi malam Bunga melihat sosok Fajar seperti bercahaya.
"Apakah dia hantu?"semakin banyak pertanyaan-pertanyaan aneh yang muncul dibenak Bunga.
Krekk...kreekk
Terdengar suara pintu kamar Bunga dibuka dari luar.
"Mama!"ucap Bunga setelah melihat mamanya masuk kekamar.
Mama Bunga pun menghampiri anaknya dan duduk diatas ranjang. Lama sekali mamanya memandangi sosok anaknya itu. Terlihat jelas air muka mama Bunga yang sedang bersedih.
"Bunga,maafkan Mama dan Papa ya, yang membuat Bunga gak tenang dan sedih"
Mamanya membelai rambut anaknya dengan penuh kasih.
"Bunga,mungkin ini berat buat kamu. Tapi Mama harus jujur. Papa dan mama telah sepakat untuk bercerai".
Bagai tersambar petir rasanya hati Bunga mendengar pernyataan mamanya itu. Matanya sudah berkaca-kaca,sebentar lagi air matanya akan menumpah ruah.
"Bunga,Mama tau kamu kecewa. Tapi mungkin inilah cara yang terbaik,Nak"ungakap mamanya lagi diringi tangisan.
"KELUARGAKU SUDAH HANCUR,MA!" ucap Bunga sinis seraya meninggalkan mamanya.
"KELUARGAKU SUDAH HANCUR,MA!" ucap Bunga sinis seraya meninggalkan mamanya.
Tak dihiraukannya lagi suara mamanya yang sedang memanggilnya. Hanya amarah dan kekecewaan yang memenuhi perasaanya sekarang.
☼☼☼
Dinginnya angin malam tak menjadi penghalang bagi Bunga untuk pergi jauh dari rumahnya. Tak ada satupun barang yang dibawanya sebagai bekal di perjalanan. Bahkan kali ini Bunga pergi tanpa ditemani sepeda motornya. Bunga hanya berlari menerjang dinginnya malam,sendirian menyusuri kegelapan malam yang selalu membuatnya bersedih. "Bungaaa"panggil seorang lelaki dari belakang.
Bungapun menoleh kebelakang mencari asal suara itu.
"Shhh..kamu lagi" desis Bunga
"Kamu mau kemana?"tanya Fajar ramah
"Bukan urusanmu"ucap Bunga sinis
"Ayo ikut aku!!"
Fajar menarik tangan Bunga dengan paksa,kuat sekali genggaman Fajar sehingga Bunga tak dapat melepaskannya.
"LEPASKAN AKU ATAU AKU TERIAK!"berontak Bunga.
Tetapi Fajar tidak menghiraukan Bunga. Fajar terus berjalan menyusuri tempat yang sangat asing bagi Bunga. Tak lama kemudian,mereka berhenti disuatu tempat. Sebuah danau kecil kini terpampang didepan mereka. Pohon-pohon pinus nampak mengelilingi danau itu. Pantulan cahaya Bulan membuat air danau itu tampak berkilauan.
"Untuk apa kamu membawaku kesini?"tanya Bunga menyelidik.
"Kau pasti tau apa yang akan kulakukan sekarang,tempat ini sepi jauh dari keramaian dan kita cuma berdua disini"ucap Fajar sembari menatap Bunga dengan tatapan nakalnya.
PLAAAKKK!!
"Awww!!"pekik Fajar.
"Cowok mesum. Seharusnya kau mati tenggelam didanau itu"ucap Bunga kasar.
"Bunga,aku cuma bercanda"jelas Fajar.
"Bukan aku yang membawamu ketempat ini,tapi hatimu yang membawamu kemari. Aku tau kau sedang sedih sekarang"lanjut Fajar.
"Mengapa kau selalu mengusikku,aku bahkan tidak mengenalmu"ungkap Bunga
"Bukan aku,tapi kau yang membawaku kesini Bunga. Harusnya aku sudah tenang sekarang. Tapi masalahmu membuatku terusik" Bunga tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Fajar. "Mengertilah ,Bunga. Aku hanya ingin membantumu"ucap Fajar lagi.
"APA KAU BISA MENGEMBALIKAN KELUARGAKU?"tanya Bunga sinis.
"APA KAU TAU RASANYA HIDUP DENGAN KELUARGA YANG HANCUR.?"lanjut Bunga lagi.
"Aku lebih hancur jauh dibandingkan dengan kamu, Bunga . Aku sangat mengerti dengan apa yang kau rasakan sekarang"jawab Fajar lirih.
Air muka Fajar pun berubah,tersirat kesedihan yang sangat jelas terpancar dari matanya. Bunga yang melihat perubahan Fajar itu pun merasa bersalah. Sesungguhanyaa Bunga bukanlah gadis yang sadis,sinis,dan pemarah. Keadaan yang membuatnya berubah drastis dari gadis yang ramah,periang dan mudah tersenyum menjadi gadis yang angkuh dan pemarah.
"Sudahlah, Bunga. Kau jangan merasa bersalah karena melihatku bersedih sekarang."
Bungapun tersentak dari pikirannya. Ini sudah yang kedua kalinya Fajar membaca isi perasaannya.
"Jangan GR" elak Bunga.
"Gak usah bohong deh. Kamu merasa bersalah,kan?"kata Fajar menggoda.
"Isss… Apaan si!"ucap Bunga malu-malu,pipinya pun memerah.
"Gak usah bohong deh. Kamu merasa bersalah,kan?"kata Fajar menggoda.
"Isss… Apaan si!"ucap Bunga malu-malu,pipinya pun memerah.
Keadaan pun mulai mencair,kini Bunga telah menerima Fajar sebagai teman barunya.
☼☼☼
Semakin hari hubungan Bunga dan Fajar semakin akrab. Bunga sudah bisa tersenyum kembali. Saat-saat bersama Fajar membuatnya lupa akan masalah yang sedang dideranya.
"Oya,aku kok gak pernah liat kamu kalau siang. Memangnya kamu tinggal dimana,Jar?"tanya Bunga penasaran.
Semakin hari hubungan Bunga dan Fajar semakin akrab. Bunga sudah bisa tersenyum kembali. Saat-saat bersama Fajar membuatnya lupa akan masalah yang sedang dideranya.
"Oya,aku kok gak pernah liat kamu kalau siang. Memangnya kamu tinggal dimana,Jar?"tanya Bunga penasaran.
"Hemm,gimana hubunganmu dengan orangtuamu sekarang. Udah baikan?"tanya Fajar mengalihkan.
"Masih gitu-gitu aja,papa jarang pulang kerumah. Sedangkan mama sibuk mengurus perceraiannya."jelas Bunga.
"Heh. Kamu belum ngejawab pertanyaanku."lanjut Bunga lagi.
"Rumahku jauh, Nga. Kalau siang aku sibuk"jawab Fajar pelan.
"Bunga, ingat kata-kataku ini. Seburuk apapun masalah yang kau hadapi sekarang,jangan sampai membuatmu lemah dan terlebih lagi putus asa. Aku tau kamu gadis yang kuat,Nga. Aku percaya kamu bisa tegar dan mengatasi masalahmu itu."kata Fajar menasehati.
Ucapannya sangat mengenai hati Bunga. Bunga pun memandang lekat-lekat sosok Fajar yang berada disampingnya. Sangat bersinar di tengah gelapnya langit malam. Lama Bunga memandang sosok Fajar,Bunga merasa tenang berada didekat Fajar.
"Hei, jagan liatin aku terus donk. Ntar kamu naksir lagi"ucap Fajar menggoda.
"Oh My God! nyesel aku mandangi kamu. GR gilak"kata Bunga meledek.
"Oh My God! nyesel aku mandangi kamu. GR gilak"kata Bunga meledek.
Mereka pun tertawa bersama.
"TETAPLAH TERSENYUM SEPERTI SEKARANG,NGA!"gumam Fajar dalam hati sambil menatap Bunga yang sedang tertawa lepas.
☼☼☼
Siang ini Bunga hanya menghabiskan hari minggunya didalam kamarnya saja. Sedangkan papa dan mama Bunga terlihat sedang sibuk membahas perceraian mereka diruang tengah.
Teettt..teettt
Bel rumah Bunga berbunyi.
Dengan langkah malas Bunga keluar dari kamarnya dan menuju ke pintu depan.
Cekreekk..
Suara engsel pintu yang ditarik Bunga.
"KAKAK!"teriak Bunga sambil memeluk kak indah,kakak kandungnya.
"Adikku sayang sudah besar ya sekarang"
Indah membelai rambut Bunga yang masih memelukknya.
"Hem,Bunga kangen kakak. Kakak kok gak telpon Bunga dulu sih kalau mau pulang"kata Bunga manja.
"Kan biar sureprice".
Mereka pun masuk kerumah bersama-sama,Bunga menggandeng manja tangan kakaknya.Diruang tengah,papa dan mama Bunga yang sudah mengetahui kepulangan anak pertamanya itu,menyambut indah dengan sukacita
"Loh. Ada apa ini? Kok mama dan papa gak terkejut melihat kak indah tiba-tiba pulang?"tanya Bunga heran.
"Mama yang menyuruh kakakmu pulang. Ada yang ingin papa dan mama bicarakan. Ayo duduk dulu"jelas mama Bunga.
Bunga dan indah pun duduk di sofa,Bunga masih menggandeng tangan indah, seakan tak ingin terpisahkan.
"Kalian sudah tau kan kalai papa dan mama mau bercerai?"kata papa Bunga yang dibalas dengan anggukan kedua anaknya.
"Kalian sudah tau kan kalai papa dan mama mau bercerai?"kata papa Bunga yang dibalas dengan anggukan kedua anaknya.
"Baguslah. Papa harap kalian bisa mengerti,mungkin inilah keputusan yang baik buat kita semua.Papa gak memaksa kalian untuk memilih ikut papa atau mama. Kalian sama-sama anak kami. Dan kami tetap orangtua kalian,walaupun kami akan berpisah"ungakap papa Bunga serius.
Dipandanginya wajah kedua anaknya yang terlihat sedih.
"Bunga, Indah. Maafkan papa dan mama yang gak bisa menjadi orangtua yang baik dan memberikan contoh yang baik buat kalian"ucap mama Bunga dengan tangis.
Seketika suasana mengharu biru. Bunga dan indah ikut menangis. Tapi sekarang Bunga terlihat jauh lebih tenang,tidak ada rona amarah yang terpancar darinya. Sepertinya ia sudah mulai bisa menerima perceraian kedua orangtuanya.
☼☼☼
Malam ini Bunga berniat untuk menemui Fajar ditempat biasa mereka bertemu. Kali ini Bunga menemui Fajar bukan untuk memperlihatkan kesedihan yang selama ini dideranya tetapi untuk berbagi kesenangan atas kepulangan kakaknya kerumah dan ingin mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Fajar,yang akhir-akhir ini menemani malamnya dan menjadi sandaran baginya.
☼☼☼
Di danau,terlihat Fajar sedang asyik menikmati langit malam yang dipenuhi bintang dan cahaya Bulan purnama yang menderang sebagai penguasanya. Bunga yang berada di belakangnya memandangi sosok Fajar yang tak kalah benderang dibandngakan cahaya Bulan. "Hei,Bulan..kau pasti sependapat denganku,kalau malam ini cahaya Fajar lebih terang dibandingmu"gumam Bunga seraya tersenyum kepada Bulan yang seolah setuju dengan perkataannya.
"Hei, jangan terlalu lama membandingkanku dengan Bulan. Jelas aku yang lebih terang"ucap Fajar masih menatap Bulan.
"Hei, jangan terlalu lama membandingkanku dengan Bulan. Jelas aku yang lebih terang"ucap Fajar masih menatap Bulan.
Bunga heran mendengar ucapan Fajar barusan.
"Apa maksudnya membandingkan dia dengan Bulan. Apakah ia mendengar gumammanku?"tanya Bunga sendiri.
"Bunga,mau sampai kapan kau memandangiku dari belakang. Kemarilah,pandang aku sesukamu dari depan"
"Bunga,mau sampai kapan kau memandangiku dari belakang. Kemarilah,pandang aku sesukamu dari depan"
Bunga pun terkejut mendengar ucapan Fajar,ternyata Fajar telah mengetahui kehadiran Bunga yang daritadi memandanginya.
"Darimana kamu tau kalau aku sedang memandangmu?"tanya Bunga penasaran yang kini tengah berada disamping Fajar.
"Darimana kamu tau kalau aku sedang memandangmu?"tanya Bunga penasaran yang kini tengah berada disamping Fajar.
"Sudah ku bilang dari awal. Aku tau semua tentangmu Bunga"jawab Fajar seraya memandang Bunga.
"Semua tentangku? Apakah itu termasuk isi pikiranku?"tanya Bunga lagi.
"Ya.termasuk itu juga".
"Beraninya kau membaca pikiranku,itu pribadiku"kata Bunga kesal.
"Hei,bukan aku yang membaca pikiranmu.tapi hatimu yang menyampaikanya padaku"jelas Fajar.
"Hem,sudahlah. Sebenarnya aku datang kesini buat ucapin terimakasih padamu,Jar. Berkatmu aku bisa tegar dan menghadapi semua masalah-masalahku dengan berani. Berkatmu aku juga......."
Ucapan Bunga terpotong tatkala jari telunjuk Fajar menyentuh bibirnya.
"Bunga,berhentilah memuji diriku. Aku tulus membantumu"ucap Fajar tersenyum.
Kini Fajar dan Bunga saling beradu pandang. Dekat sekali jarak mereka,sehingga Fajar dapat merasakan getaran nafas Bunga. Lama sekali mereka bertatapan,semakin lama mereka sama-sama merapatkan posisi mereka. Hingga....
"HATTTCCHYY"Bunga bersin tepat dimuka Fajar
"HATTTCCHYY"Bunga bersin tepat dimuka Fajar
Air liurnya muncrat disekitar wajah Fajar. Sesaat keadaan hening kembali,Bunga malu melihat ekspresi Fajar sekarang.
"Haha..ha..ha"suara Fajar tertawa.
"Kok malah tertawa sih?"tanya Bunga heran.
"Jadi kamu mau aku marah sekarang. Oke, AKU MARAH!"ucap Fajar seraya berpura-pura memasang ekspresi marah.
"Issss..sss"desis Bunga sambil mencubit Fajar.
Lalu,mereka pun tertawa bersama-sama mengingat kejadan tadi yang menurut Bunga begitu memalukan.
"Hei,aku senang melihatmu tersenyum sekarang. Kau sudah kembali menjadi Bunga yang sebelumnya,yang indah dan menawan"kata Fajar disela tawanya.
"Hei,aku senang melihatmu tersenyum sekarang. Kau sudah kembali menjadi Bunga yang sebelumnya,yang indah dan menawan"kata Fajar disela tawanya.
"Aku begini karena bantuanmu juga"ucap Bunga merendah.
"Ada yang ingin kuperlihatkan padamu,Bunga. Tutup matamu!!"kata Fajar seraya menutup mata Bunga dengan sebelah tangannya. Bungapun menurut.
"Ada yang ingin kuperlihatkan padamu,Bunga. Tutup matamu!!"kata Fajar seraya menutup mata Bunga dengan sebelah tangannya. Bungapun menurut.
Tak lama kemudan mata Bunga dibuka perlahan. Bunga terkejut,kini dihadapannya bukan lagi danau kecil yang terhampar. Tetapi sejauh mata memandang yang dlihatnya hanyalah hamparan Bunga Melati putih. Ia pun menyusuri hamparan Melati-melati tersebut,tapi ada yang aneh. Setiap Bunga Melati yang dilewatinya tiba-tiba menguncup bersamaan dengan Bulan yang datang secara tiba-tiba menggeser posisi matahari.
"Mengapa begini?"gumam Bunga sendiri.
Lalu penyusurannya pun terhenti,ia memperhatikan Bunga Melati yang ada dibelakangnya,terlihat semuanya telah menguncup.Tapi tiba-tiba muncul secercah cahaya,cahaya itu bergerak mendekatinya. Bunga Melati yang dilalui cahaya itu pun bermekaran kembali. "Siapa dia? Apakah dia Matahari? Tapi tak mungkin,Bulan masih menggantung dilangit malam"gumam Bunga.
Semakin lama cahaya itu semakin mendekat kearah Bunga.Bunga pun silau dbuatnya hingga tak mampu memandangnya dekat-dekat. Bunga memejamkan matanya kembali, ia merasa cahaya itu telah bergerak melawatinya.Lalu perlahan Bunga membuka matanya. Bunga pun membuka matanya perlahan, dan ternyata kini matahari sudah menggantung dilangit pagi. "Hah!! Sudah pagi. Dimana aku?"ucap Bunga sambil mengucek-ngucek matanya.
Lalu Bunga mencoba bangkit dari tidurnya,ia melihat kearah sekitar.
"Mengapa aku masih didanau? Kemana Fajar?".
Bunga pun mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, kejadian dimana ia sedang bersama Fajar dan Fajar menutup matanya,lalu membawanya ke suatu tempat yang belum pernah Bunga lihat sebelumnya
"Huh… Apakah aku bermimpi?"tanyanya lagi.
Bunga pun mencoba memulihkan kesadarannya, ia mencoba berdiri. Tapi pada saat Bunga berdiri,jatuh beberapa lembar kertas yang saling terkait dari tubuhanyaa.
"Apa itu?"
Lalu dipungutnya kertas tersebut dan mencoba membaca rentetan huruf yang tertulis didalamnya .
"JASMINUM SAMBAC"ucap Bunga membaca tulisan yang bercetak tebal pada lembaran pertama kertas tersebut.
Bukan hanya tulisan yang terdapat pada lembar pertama kertas tersebut. Tetapi juga ada lukisan,lukisan Bunga-bunga Melati seperti yang dilihat Bunga dalam mimpinya tadi. Lalu Bunga membuka lembar kedua kertas tersebut. Dan mulai membaca huruf demi huruf yang tergores didalamnya.
"Mengapa 'Bunga' itu layu setiap malam menjemputnya? Apa yang membuatnya tak bersemangat? Apakah cahaya Bulan tak cukup menggantikan Matahari untuknya? Akulah 'Fajar' yang akan menggantikan Bulan untuknya. Akulah Fajar yang akan membuatnya kuat sampai akhirnya 'Bunga' itu dapat menyambut malamnya tanpa perlu cemas kehilangan sang Mentari sebagai penyemangatnya. Aku mungkin bukanlah seorang yang nyata untuk 'Bunga' itu. Karena aku hanyalah 'FAJAR DIMALAM HARI' untuknya"ucap Bunga membacakan isi dari kertas tersebut.
"Mengapa 'Bunga' itu layu setiap malam menjemputnya? Apa yang membuatnya tak bersemangat? Apakah cahaya Bulan tak cukup menggantikan Matahari untuknya? Akulah 'Fajar' yang akan menggantikan Bulan untuknya. Akulah Fajar yang akan membuatnya kuat sampai akhirnya 'Bunga' itu dapat menyambut malamnya tanpa perlu cemas kehilangan sang Mentari sebagai penyemangatnya. Aku mungkin bukanlah seorang yang nyata untuk 'Bunga' itu. Karena aku hanyalah 'FAJAR DIMALAM HARI' untuknya"ucap Bunga membacakan isi dari kertas tersebut.
Bungapun heran dengan isi kertas yang baru saja dibacanya tadi.
"Apakah yang menulis ini Fajar? Tapi apa maksudnya? Kemana dia sekarang? Mengapa ia meninggalkanku sendri disini?" batin Bunga yang diberondong pertanyaan-pertanyaan tentang Fajar.
Kemudian Bunga membuka lembar terakhir dari kertas tersebut,terdapat untaian kata yang panjang seperti lembar sebelumnya. Dan Bunga pun mulai membacanya lagi.
".. Dia telah kembali. 'Bunga' yang awalnya kulihat menguncup saat malam datang menjemputnya. Kini 'Bunga' itu telah mekar kembali. Ia siap menyambut malam dengan semerbak wewangiannya. Mungkin sinarku telah berhasil membantunya, tapi aku tetaplah 'FAJAR DIMALAM HARI' yang semu baginya. Tak bisa kugantikan terus posisi Bulan untuknya. Kelak 'Bunga' itu akan bergantung pada cahaya Bulan sebagai penerang malamnya yang nyata. Dan aku telah menyelesaikan tugas-tugasku sebagai penyesalan masalalu. Lalu aku akan kembali dengan senyuman yang dilukiskan 'Bunga' itu semalam" kata Bunga mengakhiri isi dari lembaran terakhir kertas yang sedang digenggamnya.
"Apa maksud Fajar menuliskan kata-kata semu disini. Jelas-jelas ia terlihat nyata. Aku bisa menyentuhnya"batin Bunga bertanya-tanya.
"Apa maksud Fajar menuliskan kata-kata semu disini. Jelas-jelas ia terlihat nyata. Aku bisa menyentuhnya"batin Bunga bertanya-tanya.
☼☼☼
Batin Bunga masih bertanya-tanya, apa sebenarnya maksud dari lembaran surat yang ditinggalkan Fajar. Bungapun memutuskan untuk menemui Fajar nanti malam. Tetapi sosok Fajar tidak muncul-muncul kembali setelah malam itu. Fajar seolah hilang ditelan bumi.
Sudah 4 malam Bunga menunggu kedatangan Fajar didanau, namun Fajar tidak menunjukkan tanda-tanda kedatangannya.
"FAJAR! Dimana kamu sekarang? Jangan bersembunyi dariku. Aku tau kamu sedang memperhatikanku sekarang. Keluarlah! Atau kau akan melihatku mati tenggelam didanau ini." teriak Bunga lantang memecah keheningan malam.
Sudah 4 malam Bunga menunggu kedatangan Fajar didanau, namun Fajar tidak menunjukkan tanda-tanda kedatangannya.
"FAJAR! Dimana kamu sekarang? Jangan bersembunyi dariku. Aku tau kamu sedang memperhatikanku sekarang. Keluarlah! Atau kau akan melihatku mati tenggelam didanau ini." teriak Bunga lantang memecah keheningan malam.
Tapi tidak ada satupun jawaban yang diterimanya. Hanya suara desisan angin malam yang menambah suasana sepi didalam kesendiriannya. Bunga terlihat putus asa, air matanya pun terus membanjiri sekitar wajahnya.
"Baiklah! Aku ingin melihat seberapa lama kau bisa bersembunyi dan membiarkanku mati tenggelam didanau ini"ucap Bunga lirih diselingi tangis.
Perlahan kedua kaki Bunga melangkah,berjalan mendekati danau. Kini sudah dirasakannya air danau itu, sangat dingin seperti bongakahan es. Bunga pun terus berjalan menyusuri dinginya air danau dengan keputus-asaanya,namun sosok Fajar yang di tunggu-tunggu belum juga datang dan mencoba menghalanginya.
Kini 1/3 badan Bunga telah tenggelam didasar danau. Bunga menutup matanya perlahan.
Perlahan Bunga menutup matanya. Kali ini ia benar-benar nekat untuk mengakhiri hidupnya. "Mengapa dulu kau datang menghalangi kematianku? Aku tau semua itu kau yang melakukannya. Dan tanpamu,aku akan menjemput ajalku kembali.
“FAJAR,AKU LAYU TANPAMU!"gumam Bunga lirih.
Ia pun terus berjalan menenggelamkan dirinya. Tubuhnya menggigil,bibirnya bergetar menahan dinginnya air danau seperti ribuan jarum yang menusuk tubuhnya.
"JANGAANN!!"pekik seorang pria seraya menarik tubuh Bunga keatas danau.
"JANGAANN!!"pekik seorang pria seraya menarik tubuh Bunga keatas danau.
Bunga kini setengah sadar, tapi ia dapat merasakan kalau ada seseorang yang menolongnya. Perlahan Bunga mencoba membuka matanya. Samar-samar ia melihat seorang lelaki yang terlihat panik memandanginya.
"FAJAR"ucap Bunga yang mulai sadar.
Sekilas Bunga seperti melihat sosok Fajar yang kini telah menolongnya.Tapi jika diperhatikan lagi, lelaki yang ada dihadapannya itu kelihatan 2 tahun lebih tua dan memiliki bentuk tubuh yang berbeda dengan Fajar.
"Hey. Apakah kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu sekarang?"tanya lelaki itu panik.
"Hmm… Aku gak apa-apa. Kamu siapa?"Bunga balik bertanya.
"Hey. Apakah kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu sekarang?"tanya lelaki itu panik.
"Hmm… Aku gak apa-apa. Kamu siapa?"Bunga balik bertanya.
"Oh.. syukurlah!"katanya lega.
"Namaku Fandy. Hey..kalau gak salah aku tadi mendengarmu memanggilku dengan nama FAJAR"tanya Fandy penasaran.
"Fajar? Sekilas aku melihatmu seperti Fajar,orang yang membuatku ingin mati. Dia tiba-tiba meninggalkanku disini. Aku benci dia"kata Bunga lirih diselingi tangis.
"Fajar? Sekilas aku melihatmu seperti Fajar,orang yang membuatku ingin mati. Dia tiba-tiba meninggalkanku disini. Aku benci dia"kata Bunga lirih diselingi tangis.
"Apakah kau teman lamanya?"tanya Fandy lagi.
"Bukan! Aku baru sebulan mengenalnya. Kami selalu bertemu didanau ini. Hey..Apa maksudmu menanyakannya? Apakah kau mengenal Fajar?"tanya Bunga heran.
"Gak mungkin. Kau pasti salah orang. Pasti bukan Fajar adikku yang kau maksud. Adikku bahkan sudah meninggal setahun yang lalu disini. Ia bunuh diri menenggelamkan dirinya seperti yang kau lakukan tadi. Dan malam ini adalah tepat 1 tahun kepergiannya".
Penjelasan Fandy benar-benar membuat hati Bunga seperti tersambar. Bunga masih tidak percaya dengan pendengarannya. Bagaimana mungkin Fajar yang ditemuinya selama ini ternyata sudah meninggal.
"TIDAK!! Fajar gak mungkin udah meninggal. Aku bahkan bisa menyentuhnya"kata Bunga berang atas penjelasan Fandy.
"Tenang Bunga. Mungkin Fajar yang kau maksud bukan adikku"ucap Fandy menenangkan.
"Tapi gak mungkin.. Wajahmu bahkan mirip seperti Fajar. Matamu,hidungmu. Arrgghhh!!"pekik Bunga meledak-ledak.
"kumohon tenang Bunga. Lebih baik kuantar kau pulang. Besok kita akan membicarakan ini lagi disini. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya. Ini sudah terlalu malam." kata Fandy seraya membopoh tubuh Bunga yang lemas, sedangakan Bunga masih larut dalam tangisnya.
"kumohon tenang Bunga. Lebih baik kuantar kau pulang. Besok kita akan membicarakan ini lagi disini. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakannya. Ini sudah terlalu malam." kata Fandy seraya membopoh tubuh Bunga yang lemas, sedangakan Bunga masih larut dalam tangisnya.
☼☼☼
Tak terasa pagi cepat menggantikan malam.Kini matahari telah menggantung indah diperaduannya.Bunga terlihat tengah menunggu kedatangan Fandy,seperti janjinya tadi malam.
"Bungaa"panggil Fandy dari arah belakang.
"Bungaa"panggil Fandy dari arah belakang.
Bunga pun langsung menoleh kearah Fandy.Kini Fandy telah duduk disamping Bunga, diamatinya gadis yang berada disampingnya. Wajahnya sembab,nampaknya semalaman ia menangis.
"Disini,tepat didanau ini pertemuanku yang kedua kali dengan Fajar. Dia membawaku ketempat ini. Tempat yang gak pernah kuketahui sebelumnya"kata Bunga lirih,mengarahkan pandangannya jauh kedanau dengan mata berkaca-kaca.
"Disini,tepat didanau ini pertemuanku yang kedua kali dengan Fajar. Dia membawaku ketempat ini. Tempat yang gak pernah kuketahui sebelumnya"kata Bunga lirih,mengarahkan pandangannya jauh kedanau dengan mata berkaca-kaca.
"Hampir setiap malam aku menemuinya disini. Disaat aku sedih dia selalu menenangkanku. Dia menjadi penerang malamku. Aku bergantung pada cahayanya"lanjut Bunga yang kini telah menitikkan airmata.
"Mungkin kau akan menganggapku gila. Tapi aku percaya,yang menemaniku itu benar-benar Fajar. Bukan orang lain atau sosok imajinasi yang kuciptakan"jelas Bunga masih menangis.
Fandy mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. Ia mengeluarkan sebuah foto.
"Ini foto Fajar,adkku"kata Fandy seraya memperlihatkan foto yang dipegangnya kepada Bunga.
Tidak ada respon dari Bunga setelah melihat foto itu, hanya tangisnya yang semakin menjadi-jadi.
"Bunga,aku mohon tenanglah. Aku tidak akan menganggapmu gila atau apalah. Aku percaya padamu. Aku percaya orang yang kau maksud itu memang adikku"kata Fandy menenangakan seraya menyandarkan kepala Bunga dibahunya.
Bunga merasa tenang berada dalam sandaran Fandy,tangisnya pun perlahan mulai berhenti. Bunga merogoh sesuatu didalam tasnya, lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas. Ya,kertas itu merupakan surat yang ditinggalkan Fajar untuknya.
"Ini. Ia meninggalkan ini padaku sebelum akhirnya dia menghilang"kata Bunga seraya memberikan beberapa kertas tersebut kepada Fandy.
Fandy pun mulai membaca kalimat demi kalimat yang tertulis didalamnya.
"Aku masih belum mengerti arti dari JASMINUM SAMBAC dan apa maksudnya menuliskan kata 'penyesalan masalalu'?"tanya Bunga setelah Fandy selesai membaca. Fandy tertegun sejenak sebelum menjawab pertanyaan Bunga.
"Melati putih. Fajar sangat menyukai Bunga itu. Katanya Bunga itu banyak memiliki arti. Jika malam,Melati putih akan menguncup dan akan mekar kembali setelah pagi datang. JASMINUM SAMBAC adalah bahasa latin dari Melati putih. Seperti yang ada didalam lukisan ini"jelas Fandy sambil menunjuk lukisan Bunga Melati yang terdapat disurat Fajar.
"Apakah aku maksud dari Melati putih itu?"batin Bunga.
"Fajar,adikku mati bunuh diri didanau itu karena ulah orangtua kami. Mama yang suka selingkuh,papa yang hoby mabuk-mabukan selalu membuat kekacauan dirumah. Fajar yang selalu menjadi kambinghitam atas perbuatan hina mereka. Hingga akhirnya Fajar putus asa dan mengakhiri hidupnya. Sedangakan aku malah sibuk dengan kuliahku. Aku gak mempunyai waktu untuknya. Seandainya aku selalu berada disampingnya saat itu. Pasti dia masih hidup sekarang"jelas Fandy menyalahkan dirinya,air matanya pun ikut berderai.
"Fajar,adikku mati bunuh diri didanau itu karena ulah orangtua kami. Mama yang suka selingkuh,papa yang hoby mabuk-mabukan selalu membuat kekacauan dirumah. Fajar yang selalu menjadi kambinghitam atas perbuatan hina mereka. Hingga akhirnya Fajar putus asa dan mengakhiri hidupnya. Sedangakan aku malah sibuk dengan kuliahku. Aku gak mempunyai waktu untuknya. Seandainya aku selalu berada disampingnya saat itu. Pasti dia masih hidup sekarang"jelas Fandy menyalahkan dirinya,air matanya pun ikut berderai.
HARUSNYA AKU SUDAH TENANG SEKARANG.TAPI MASALAHMU MEMBUATKU TERUSIK. AKU LEBIH HANCUR JAUH DIBANDINGAKAN KAMU,BUNGA. AKU SANGAT MENGERTI DENGAN APA YANG KAU RASAKAN SEKARANG.
Kata-kata yang pernah diucapkan Fajar terus menghantui pikiran Bunga. Kini rasa bersalah yang menghinggap dihatinya.
"Oh Tuhan. Bahkan aku pernah menyuruhnya tenggelam didanau itu"kata Bunga pelan hampir tak didengar Fandy.
Kini Bunga ikut menangis bersama Fandy. Mereka larut dalam kesedihan bersama-sama. Cukup lama Fandy dan Bunga menangis bersama-sama. Dan tanpa Bunga sadari, Fandy telah mendekapnya. Tangisan Bunga tumpah ruah dalam dekapan Fandy.
"Sudahlah Bunga. Kita tak boleh terus begini. Ini hanya akan membuat Fajar tidak tenang disana"kata Fandy sambil membelai rambut Bunga yang menjuntai indah.
"Aku mau kemakamnya. Bisakah kau mengantarkanku?"pinta Bunga terisak.
"Baiklah! Tapi kamu jangan menangis lagi"
"Baiklah! Tapi kamu jangan menangis lagi"
Fandy menyeka airmata Bunga. Ditatapnya mata Bunga, mata yang begitu teduh. Setiap orang pasti ingin berada dalam tatapan Bunga.
☼☼☼
Mereka pun melesat kepemakaman umum,dimana jasad Fajar beristirahat tenang di pembaringan terakhirnya.15 menit waktu yang ditempuh untuk sampai disana dengan menggunakan sepeda motor Bunga.
Akhirnya mereka sampai dan mulai menyusuri tiap-tiap makam dengan berjalan kaki. Tak lama langkah Fandy pun terhenti didepan sebuah pusara yang dikelilingi Bunga Melati putih dan nampak dengan jelas dibatu nisan itu tergores nama siempunya pusara 'FAJAR RIZKY'. Ya, itu adalah makam Fajar.
"Bisakah kau tinggalkan aku sendiri disini?"pinta Bunga
"Baiklah. Aku akan menunggumu diparkiran"jawab Fandy seraya berlalu.
"Bisakah kau tinggalkan aku sendiri disini?"pinta Bunga
"Baiklah. Aku akan menunggumu diparkiran"jawab Fandy seraya berlalu.
Lama Bunga memandangi pusara Fajar.Ia masih belum percaya kalau sosok Fajar telah terkubur tenang didalamnya.
"Hey!! Mengapa kau tak membiarkan aku mati saja didanau itu,agar aku bisa abadi bersamamu. Aku tau kau mengirimkan Fandy untuk mencegahku" ucap Bunga yang seolah berbicara pada pusara Fajar.
"Kau bodoh. Bahkan kau lebih lemah daripada aku"lanjut Bunga yang kini tengah menangis.
"Kau telah berhasil menjadi penerangku. Tapi nyatanya kau jauh lebih redup dibandingku". "Terima kasih,Fajar. Kau telah membantu hari-hariku. Sampai kau pergi pun,kau masih mengirimkan Fandy sebagai penggantimu"kata Bunga seraya berlalu meninggalkan pusara dengan senyuman yang diselingi tangis.
"Hey!! Mengapa kau tak membiarkan aku mati saja didanau itu,agar aku bisa abadi bersamamu. Aku tau kau mengirimkan Fandy untuk mencegahku" ucap Bunga yang seolah berbicara pada pusara Fajar.
"Kau bodoh. Bahkan kau lebih lemah daripada aku"lanjut Bunga yang kini tengah menangis.
"Kau telah berhasil menjadi penerangku. Tapi nyatanya kau jauh lebih redup dibandingku". "Terima kasih,Fajar. Kau telah membantu hari-hariku. Sampai kau pergi pun,kau masih mengirimkan Fandy sebagai penggantimu"kata Bunga seraya berlalu meninggalkan pusara dengan senyuman yang diselingi tangis.
Fandy pun mendekati Bunga dan mencoba menghiburnya. Terlihat dari tempat yang sangat jauh ada seseorang yang memperhatikan mereka dengan senyum bahagia. Itulah FAJAR. Kini Fajar telah tenang dialamnya sana,dengan membawa senyum bahagia.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar