Sabtu, 08 Oktober 2011

PESAN TERAKHIR



Sebuah Hp telah berdiri tegak mengarah 3 sekawan yang sedang berpose didepannya. Terlihat dilayar Hp itu wajah mereka dan disudut kanan layar terdapat waktu 10 detik yang berjalan mundur menandakan bahwasannya mereka sedang berfoto ria menggunakan self-timer.
"Oke. Atur gaya yang kompak ya!"seru Nidya kepada 2 temannya.
"Oke dah!"jawab Hiski dan Fiqo serentak.
Mereka sama-sama membuat ekspresi teriak dengan mengangakkan mulut mereka lebar-lebar.

Cepprreeettt..
Bunyi suara kamera yang menandakan ekspresi mereka telah diabadikan. Nidya pun cepat-cepat mengambil Hp tersebut untuk melihat hasilnya.
"Hah! Kok aku gak ada?"pekik Nidya setelah melihat hasil foto yang tidak terdapat sosoknya.
"Iyaya. Kok bIsa Dya sendiri yang gak ada. Padahal kan Dya tadi berdiri disampingaku"kata Fiqo heran. "Wahh,jangan-jangan Dya mau mati lagi. Hahaha"ucap Hiski sambil tertawa.
"Huuuuuu,seneng kali ya"sahut Nidya jengkel.
"Hahaha. Iya juga,jangan-jangan kamu memang mau mati lagi,Dya. Ni udah ada tanda-tandanya. Kamu sih kebanyakan dosa"ejek Fiqo yang kini tengah tertawa bersama Hiski.
"huaaa. Doai aku mati kalian ya! Awas aja ntar kalau aku mati,kalian mesti jagai makamku setiap malam selama seminggu!"kata Nidya sambil mengacak-acak rambut sahabatnya seraya ikut tertawa.
Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang kearah mereka,menyapu apa saja yang menghalanginya.
"Kok tiba-tiba aku merinding ya. Kalian ngerasai juga gak?"tanya Hiski.
"Hem,iaia. Aku juga" jawab Nidya sedangkan Fiqo hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sejenak suasana menjadi hening,mereka sama-sama terdiam menikmati sensasi merinding yang menjalar disekujur tubuh mereka.

Braaakkkk!!!
Meeaawwwww
….

"HUUAA. LARIII!!"jerit Nidya seraya menarik tangan kedua temannya,berlari meninggalkan tempat dimana mereka tadi tengah asyik berpoto, dibawah pohon beringin besar disudut fakultas MIPA.
Padahal telah beredar kabar bahwa pernah ada yang kesurupan dipohon itu. Tapi mereka menganggap itu hanya gosip belaka. Bagi mereka pohon itu merupakan tempat yang paling nyaman untuk dijadikan sarang bersantai-santai mereka setelah jam kampus selesai.
Nidya,Hiski dan Fiqo adalah 3 sahabat yang selalu kompak,konyol dan hoby berfoto-foto. Kenarsisan mereka didepan kamera,membuat mereka mendapat julukan SIPETO alias Si Pecinta Poto dari teman-teman kampus mereka.
Mereka bertiga berada dalam fakultas yang sama,yaitu fakultas MIPA di USU. Hiski yang merupakan cowok satu-satunya dalam persahabatan itu,elalu menjadi pelindung bagi Fiqoda n Nidya dengan sifat jail dan slenge'annya.
☼☼☼
Pagi ini Fiqo akan berangakat kuliah bersama Nidya. Terlihat Fiqo sedang mondar-mandir diteras rumahnya menunggu Nidya datang untuk menjemputnya. Tak sabar rasanya Fiqo menunggu Nidya yang belum datang-datang juga. Ia pun mengambil hpnya dari dalam tas dan mencoba menghubungi Nidya.
"Halo!"jawab Nidya dari sebrang sana.
"Dya,buruan dong. Ntar telat kita ni"kata Fiqo sedikit marah.
"Aduhh. Sabar ya,Qo! Ni aku lagi dijalan bawa kereta".
"Yaudahh. Cepetan ya,Dya. Oya kamu jangan lupa . . . . . . . . ."
"Fiiiqoooooo……..!!!!"jerit Nidya keras memotong ucapan Fiqo.
"Dya..Nidyaa. Kamu kenapa?"tanya Fiqo panik tapi tak ada jawaban lagi dari Nidya,hanya suara gemuruh kendaraan yang terdengar.

Tut..tut..tut
Telponya terputus.
Fiqo pun panik akibat jeritan Nidya dan telponnya yang tiba-tiba terputus. Fiqo mencoba kembali menghubungi Nidya,tapi kini Hp Nidya sudah tidak aktif.
Sudah setengah jam Fiqo terus mencoba menghubungi Nidya,tapi tetap saja Hpnya masih tidak aktif.

Drrrtt..drrttt…drrrttt

Tiba-tiba Hp Fiqo bergetar. Terpampang dilayar ponselnya panggilan dari Hiski.
"Halo,Fiqo!"ucap Hiski dengan nada panik
"Iya,kamu kenapa,Ki? Kok suaramu panik gitu?"tanyaa Fiqo heran
"Dya,Qo.. Nidyaa!"jawab Hiski makin panik
"Iya. Kenapa dengan Nidya?"tanya Fiqo lagi penasaran.
"Nidya kecelakaan. Tadi aku dapat telpon dari temenku yang membawanya ke Rumah Sakit Medica. Aku lagi dalam perjalanan kesana".
Penjelasan Hiski membuat Fiqo terkejut. Ia tak bsa berkata-kata. Lidahnya kelu,tulang-tulangnya terasa kaku dan lemah.
"Fiqo,kamu denger aku,gak?"tanya Hiski yang tak mendengar lagi suara Fiqo.

Tutt..tutt…tuuttt

Fiqo memutuskan telpon Hiski. Kini Fiqo terlihat syok,air matanya membendung.
"NIDDYAAA!!"jerit Fiqo histeris
☼☼☼
Di Rumah Sakit,tengah terlihat Hiski yang sangat panik menunggu kabar dari dokter mengenai keadaan Nidya. Ia hanya bisa mondar-mandir didepan pintu UGD yang tertutup rapat.
Setelah 20 menit lamanya Hiski menunggu,akhirnya sang dokter keluar dari ruangan UGD tersebut. Hiski pun langsung menghampiri dokter itu dan memberondonginya dengan banyak pertanyaan
"Dok. Gimana keadaan Nidya?Dya baik-baik aja,kan? Dya gak parah kan,dok?"tanya Hiski panik,mengguncang-guncang tubuh si dokter.
Namun dokter tersebut hanya diam saja,tak ada satu pun jawaban yang keluar dari mulutnya. "Dok, jangan diam aja!Nidya baik-baik aja,kan?"tanyaa Hiski lagi membentak.
"Maaf,nak. Kami sudah mengusahakan yang terbaik buat Nidya. Kecelakaan yang dialami Nidya mengakibatkan benturan yang sangat keras dikepalanya,pembuluh darah otaknya pecah. Dia tidak bisa diselamatkan. Ikhlaskanlah kepergiannya,Nak!"jelas dokter lirih.
"TIDAAKKK!!Nidya gak mungkin meninggal"teriak Fiqo histeris.
Rupanya sedari tadi,Fiqo sudah datang dan tak sengaja mendengarkan penjelasan dokter.
"Fiqo,kamu tenang! Dokter ini pasti salah. Ayo kita kedalam melihat keadaan Nidya"ucap Hiski yang kini sudah menangis seraya menarik tangan Fiqo,membawanya kedalam ruang UGD.
Sesampainya mereka didalam,mereka melihat  2 orang suster yang sedang menutupi tubuh Nidya dengan kain putih.
Terlihat sosok Nidya terbujur kaku,wajahnya pucat,terdapat noda darah di T-shirt biru yang dipakainya.
"Jangan!! Jangan sentuh Nidya. Dya belum mati. Jangan tutupi Dya dengan kain itu"jerit Fiqo makin histeris kepada 2 suster itu.
"NIDYA!bangunlah! Kamu jangan tidur. Bangunlah,Dya!!"kata Fiqo sambil mengguncang-guncang tubuh Nidya,tapi tak ada respon sedikitpun yang ditunjukkan Nidya. Sedangkan Hiski hanya bisa menangis melihat keadaan sahabatnya yang kini sudah tak bernyawa. Dihampirinya Fiqo,lalu mendekap Fiqo dalam pelukannya.
"Sudahlah,Fiqo. Nidya sudah tiada. Kamu jangan begini terus. Kita harus mengikhlaskan Dya"ucap Hiski menenangkan Fiqo,namun Fiqo tetap meronta-ronta dalam dekapan Hiski.
☼☼☼
Suasana pemakaman Nidya pun berlangsung begitu hening,hanya suara isakan tangis yang terdengar. Nampak jelas orangtua Nidya sangat terpukul atas kepergian anak perempuannya,begitu juga dengan Hiski dan Fiqo yang sangat merasa kehilangan sahabat yang paling mereka sayangi.
☼☼☼
Fiqo berusaha memejamkan matanya yang sudah mulai mengantuk.
"Fiqo….."panggil seseorang yang membangunkannya.
Sungguh,mata Fiqo kini terbelalak tatkala ia melihat Nidya kini telah berdiri disamping ranjangnya. Wajah Nidya sangat pucat,dan baju yang dikenakan Nidya pun sama persis dengan baju yang dipakainya pada saat kecelakaan. T-shirt biru dan noda darah masih menempel dibaju itu. "NIDYA"pekik Fiqo tak percaya sambil mengucek-ucek matanya.
"Fiqo,temenin aku ya. Aku takut"pinta Nidya pelan
"Nidya,aku senang ternyata kamu masih hidup"kata Fiqo girang seraya memeluk Nidya.
Tapi sosok yang ingin dipeluknya tiba-tiba menghilang,pelukannya hampa.
"Dyaaa.. Nidyaa! Jangan pergi"jerit Fiqo kuat,membuka matanya.
Kini ia sadar,ia masih berada diatas ranjangnya.
"Mimpi.. Aku cuma bermimpi"gumamnya dalam hati.
☼☼☼
Dikampus Hiski terlihat sibuk mondar-mandir didepan pintu fakultas, sedari tadi ia sedang menunggu kedatangan Fiqo.
"Hiski!"panggil Fiqo sambil melambai-lambaikan tanganya ke arah Hiski.
Hiski pun langsung menghampiri Fiqo yang berada di bawah pohon beringin,sarang nyantai mereka.
"Ada apa sih,ki?kok kamu nyuruh aku datang cepat-cepat gitu?"tanyaa Fiqo penasaran.
"Tadi malam aku mimpiin Dya,Qo!"
Mata Fiqo terbelalak mendengar ucapan Hiski.
"Apa? Kamu juga mimpiin Nidya?"tanya Fiqo tak percaya.
"Iya,aku serius. Loh? Apa maksudmu tadi bilang kalau aku juga mimpiin Dya. Apa kamu juga mimpiin Nidya?"tanya Hiski balik kepada Fiqo.
Fiqo hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja atas pertanyaan Hiski.
"Dalam mimpiku,Nidya minta ditemani"lanjut Hiski.
"Apa?! Nidya bilang kayak gitu samamu? Nidya juga bilangi gitu samaku,katanya dia takut."ungkap Fiqo.
Kini mereka terlihat saling heran akan mimpi mereka yang sama persis.
"Ini udah gak beres,Qo. Itu pasti bukan sekedar mimp.i"ucap Hiski mantap.
☼☼☼
Hiski yang merasa ada keganjilan dalam mimpi mereka yang sama persis,berinisiatif untuk menemui ustadz Fadlan yang tak lain adalah guru ngaji dan spiritual keluarganya. Bersama dengan Fiqo,Hiski datang kerumah ustadz Fadlan untuk menanyakan maksud dari mimpi mereka tersebut.
"Assalamualaikum!"ucap Fiqoda n Hiski memberi salam sambil mengetuk pintu rumah ustadi Fadlan yang tertutup.
Terdengar dari dalam rumah suara ustadz Fadlan menjawab salam seraya membukakan pintu.
"Ehh,ada nak Hiski dan temannya. Ayo silahkn masuk!"kata ustadz Fadlan mempersilahkn masuk, Hiski dan Fiqo pun masuk ke dalam rumah ustadz Fadlan.
"Ayo,nak. Silahkan duduk!"perintah ustadz Fadlan
"Iya pak. Makasi!"ucap Hiski dan Fiqo seraya duduk di sofa.
"Maksud kedatangan kami ke sini,selain ingin bersilahturahmi,ada hal yang ingin kami tanyakan,pak"ucap Hiski to the point.
"Kira-kira apa yang ingin nak Hiski tanyakan. Insyallah bapak akan menjawab pertanyaan nak Hiski".
Hiski dan Fiqo pun memulai cerita mereka mengenai mimpi mereka yang sama persis akan Nidya.
"Jadi dalam mimpi kalian. Nidya minta ingin ditemani?"tanya ustadz kepada Fiqo dan Hiski.
"Iya,pak"jawab mereka singkat.
"Coba kalian ingat-ingat apa yang pernah kalian janjikan padanya sebelum dia meninggal."tanya ustadz Fadlan lagi.
Hiski dan Fiqo pun tertegun sejenak. Mengingat-ingat apakah mereka pernah membuat janji pada Nidya sebelum Nidya meninggal.
"Seingat saya tidak ada,pak"jawab Hiski mantap.
Namun Fiqo masih terlihat sedang memikirkan sesuatu. Air mukanya kini berubah,terpancar aura kesedihan dari matanya.
"Foto itu!"kata Fiqo singkat
"Foto apa,Qo?"tanya Hiski penasaran.
"Kamu ingat foto terakhir kita bersama Nidya?"ucap Fiqo balik bertanya.
"Iya. Aku ingat"jawab Hiski mantap.
Mereka pun kembali menceritakan kepada ustadz Fadlan kejadian dimana mereka waktu itu sedang berfoto-foto bersama Nidya dan hasil dari foto itu tidak terdapat sosok Nidya.
"Saya rasa bukan itu penyebab Nidya mendatangi mimpi kalian. Coba kalian ingat-ingat lagi!"kata ustadz Fadlan yang belum menemukan jawaban atas maksud dari mimpi mereka.
"Sebenarnya saya ragu untuk menceritakan ini pada Bapak. Karena saya merasa itu hanya sebuah candaan saja"jelas Hiski.
"Sudah,Nak. Ceritakan saja!"perintah ustadz Fadlan.
Kini Fiqo dan ustadz fadlan nampak serius memperhatikan Hiski.
"Sebenarnya,Pak. Setelah melihat hasil foto itu,saya sempat berkata kepada Nidya kalau dia akan mati. Tapi saya cuma bercanda aja pak mengucapkan itu padanya"jelas Hiski panjang lebar.
"Itu dia!jangan sekali-sekali menganggap remeh ucapan. Ingat,Nak. Setiap perkataan adalah doa. Sekalipun kamu menganggapnya hanya sebuah candaan. Tapi kita tak pernah tau kalau ada malaikat yang meng-aminkan ucapan kita sekalipun itu hanya candaan saja".
Kini Hiski termenung setelah mendengar penjelasan ustadz Fadlan,tersirat rona penyesalan yang keluar dari wajahnya.
"Berarti aku penyebab Nidya mati"kata Hiski lirih.
"Bukan. Sesungguhnya akulah yang pantas disalahkan. Aku lah penyebab kecelakaan Nidya"ungkap Fiqo yang kini tengah menangis.
Ustadz Fadlan dan Hiski pun terkejut mendengar ungakapan Fiqo.
"Maksudmu apa?"tanya Hiski penasaran.
"Ya,akulah penyebab kecelakaan itu. Sebelum kecelakaan,aku menelpon Nidya yang sedang mengendarai motornya. Aku sempat mendengar teriakan keras Nidya yang memanggil namaku,sebelum akhirnya telponku terputus. Lalu aku mendengar kabar darimu kalau Nidya kecelakaan dan akhirnya dia . . . . ."
Fiqo tidak melanjuntukan penjelasannya,air matanya kini membanjir hebat. Hiski pun ikut menangis setelah mendengar penjelasan Fiqo.
"Sudahlah,Nak. Tak perlu ada yang disalahkan dalam masalah ini. Mungkin memang sudah takdir Nidya pergi begitu cepat menghadap sang Illahi"ucap ustadz Fadlan menenangkan mereka.
Suasana pun menjadi hening,Hiski sudah nampak agak tenangan sedangakn Fiqo masih terisak.
"Sekarang saya tau apa yang harus kami lakukan,Pak"ucap Hiski yang kelihatannya sudah menemukan jawaban dari mimpi mereka.
"Apa itu,Nak?"
"Sebelum Nidya meninggal,Dya bilang kalau kami harus menjaga makamnya setiap malam selama seminggu jika ia mati"jawab Hiski mantap.
"Ya,itulah maksud dari mimpi kalian. Nidya minta ditemani akibat pesan terakhirnya sebelum ia meninggal"jelas ustadz Fadlan yakin.
☼☼☼

            Malam ini terlihat Hiski sedang menunggu Fiqo diruang tamu.
"Maaf ya,aku lama"ucap Fiqo yang baru keluar dari kamarnya dengan menyandang tas.
"Kamu bawa apa tu?"
Mata Hiski mengarah ke tas yang disandang Fiqo.
"Perlengkapan buat jaga makam"jawab Fiqo datar.
"Haa! kamu kira kita mau piknik dimakam?"tanya Hiski lagi yang kini terlihat heran.
"Bodoh!! Aku itu cuma bawa senter,jaket,sama Al-quran buat jaga-jaga"jelas Fiqo sambil menjitak kepala Hiski.
"Ohh. Baguslah!"ucap Hiski cengar-cengir.
"Tapi….  Apa kamu yakin kita memang harus laksanai pesan terakhir Dya"kata Hiski ragu.
"Ya,aku yakin!mungkin dengan ini aku bisa nebus kesalahanku dan Nidya akan hidup tenang dialamnya"ucap Fiqo tegas.
☼☼☼
Dibawah sinar bulan sabit yang lumayan terang. Fiqo dan Hiski menembus dinginnya malam menuju pemakaman Nidya. Akhirnya mereka sampai didaerah pemakaman.
Sungguh terlihat suasana horor menyelimuti pemakaman tersebut. Disetiap sisinya terdapat banyak pohon kamboja yang menjadi ciri khas pemakaman. Dengan diselimuti rasa takut,Fiqo dan Hiski pun melangkah ragu menyusuri setiap nisan. Hanya cahaya senterlah yang menerangi penyurusan mereka. Tak lama sampailah mereka didepan makam Nidya. Mata liar Hiski mengawasi keadaan disekitar mereka,tampak sepi malah sangat sepi. "Ya Allah.lindungilah hambamu ini"panjatnya dalam hati.
"Assalamualaikum,Dya. Lihatlah,kami datang untuk menemanimu"ucap Fiqo memberi salam pada makam Nidya.
Baginya, walaupun Nidya sudah meninggal tapi dia masih harus menghormati pemilik makam tersebut.
"Assalamualaikum juga,Dya"kata Hiski mengikuti.
Tiba-tiba angin sepoi-sepoi berhembus kearah mereka. Bukan hanya itu,kini bulu kuduk Hiski dan Fiqo telah berdiri tegak.
"Waalaikumsalam"jawab seseorang dari arah belakang.
Mereka pun menoleh ke belakang mencari asal suara tersebut.
"Ni..ni..nid..dya"ucap Hiski terbata-bata.
Rupanya kini sosok Nidya tengah berdiri dihadapan mereka. Mereka pun tercengang melihat sosok Nidya yang masih menggunakan T-shirt biru dengan noda darah yang menempel,wajahnya sangat pucat.
"HUUAAA.. HANTU"jerit Fiqo yang diikuti jeritan Hiski.
Sontak suasana tegang dan takut menyergap disekujur tubuh mereka. Tiba-tiba badan mereka terasa kaku,tulang-tulangnya tak bisa untuk digerakkan. Mereka hanya mematung ngeri melihat sosok Nidya atau lebih tepatnya arwah Nidya yang kini tengah berdiri dihadapan mereka.
"Am..am..punn,Nidya!jangan bunuh kami. Ja..jangann!"pinta Hiski terbata-bata.
"Nidya. Maafkan aku,aku tau aku bersalah. Tolong jangan bunuh kami"tambah Fiqo yang kini telah menangis. Fiqo dan hiski kini nampak merengek seperti anak kecil didepan Nidya,memohon ampun padanya.
"Heh BODOH!! Apa tampangku seperti pembunuh. Siapa juga yang mau bunuh kalian?!"kata Nidya yang heran dengan tingkah kedua sahabatnya.
Hiski dan Fiqo pun bengong mendengar ucapan Nidya.
"Helloo!! Fiqo,Hiski"
Nidya melambai-lambaikan kedua tangannya kepada Hiski dan Fiqo yang bengong memandanginya tak berkedip.
"Nidyaa. Kamu benar Nidya?"tanya Hiski tak percaya.
"OMG! Yaiyalah aku Nidya!"jawab Nidya sedikit kesal.
"Tapi kan kamu udah meninggal. Kok masih bisa ngomong. Kami kok bisa melihatmu?"tanya Fiqo yang kini mengucek-ucek matanya.
"Aku hantu Nidya. Udah puas kalian"jawab Nidya dengan kesal
"Aku memang Nidya. Aku pun gak ngerti kenapa aku masih terjebak didunia ini,dan bisa berkomunikasi sama kalian"jelas Nidya kepada kedua sahabatnya.
"NIIDDYAAA!!"pekik Hiski dan Fiqo senang serentak seraya memeluk Nidya.
Brukkk!!
Fiqo dan Hiski terjatuh bersama karena sosok Nidya yang ingin dipeluk mereka tadi hampa,pelukan mereka menembus tubuh Nidya.
"Huuaaa.. Nidya memang hantu" kata Hiski takut.
"DASAR BODOH!! Haduuhh, kok gak pintar-pintar ya?! Aku ini memang udah jadi hantu"sungut Nidya kesal.
"Jadi kami gak bisa menyentuhmu?!"tanya Fiqo yang masih bingung.
"Ohh Fiqo sayang.. Kalau  kalian bisa menyentuhku. Namanya bukan hantu lah!".
"Jadi namanya apa dong?"tanya hiski dengan polosnya.
"YA TUHAN! Kenapa mereka mendadak bodoh semenjak kepergianku?!"kata Nidya yang sangat kesal dengan kebodohan dua sahabatnya.


☼☼☼
Malam pertama menjaga makam sekaligus menemani arwah Nidya brlangsung begitu cepat dengan dipenuhi banyak kebingungan.
Sulit dipercaya memang,Nidya yang telah meninggal dapat dengan mudahnya berkomunikasi dengan sahabatnya selayaknya ia masih hidup. Tetapi hanya dengan Fiqo dan Hiski saja Nidya bisa menampakkan wujudnya. Sepertinya Nidya ikut terlibat juga dalam pesan terakhir yang pernah diucapkannya, ia menjadi arwah penasaran yang tersesat didunia yang bukan tempat seharusnya ia berada.
☼☼☼
"Liat tuh! Nenek tua itu ngeliatin kalian aja daritadi"kata Nidya sambil menunjuk makam yang berada didepan mereka.
"Haaa. Apa-apaan sih,Dya! Jadi merinding nih"kata Fiqo sedikit takut.
"Tuh lagi dibelakang kalian ada pak polisi yang tangan kananya putus,lagi jalan kemari. Kayaknya dia mau nembak kalian deh. Tangan kirinya megang pistol tuh"
Kini Fiqo dan Hiski sama-sama menoleh kebelakang.
"Hi..hi..hi…hi…"
Nidya tertawa melengking menirukan suara kuntilanak.
"NIDDYAA! Awas kamu ya"pekik Hiski kesal yang kini hendak menjitak Nidya.
"Haha. Kau gak bisa menyakitiku"ejek Nidya kepada Hiski yang jitakkanya malah menembus kepala Nidya.
"Susah berurusan sama hantu"sungut Hiski kesal.
Malam ini adalah malam kedua mereka menjaga makam Nidya. Seperti malam sebelumnya,suasana horor masih berselimut tebal diarea pemakaman tersebut ditambah sahut-sahutan suara longlongan anjing yang semakin menambah rasa merinding bagi sapa saja yang mendengarnya.
☼☼☼
Tak terasa sudah  lima malam Fiqo dan Hiski melaksanakan pesan terakhir Nidya. Dan di malam-malam itu, Nidya juga tak pernah absen ikut menemani mereka.
Dimalam ke enam tampak Bulan menggantung indah dilangit pekat malam. Dibawah sinar Bulan terlihat Fiqo,Hiski dan Nidya sedang berbincang.
"Gak terasa,besok malam terakhir kalian ya nemeni aku"kata Nidya sedikit sedih
"Iyaya. Udah  enam hari kita jaga makam. Wahh hebat"tambah Hiski yang tidak menyadari kesedihan Nidya.
 Fiqo yang sadar kalau Nidya sedang bersedih,mengguit tangan Hiski dan menatapnya dengan mata melotot.
"Dya.. Jangan sedih gitu donk. Kami pasti bakalan sering kok kunjungi makammu,tapi gak malam-malam kayak gini ya"ucap Fiqo mencoba menghibur.
"Ia Dya sayang.  Jangan sedih lagi ya. Senyum donk"tambah Hiski ikut menghibur.
Nidya pun tersenyum manis kepada  dua sahabatnya.
"Nah gitu donk! Nidya memang hantu cantik"gombal Hiski.
"Apaan sih?!"ucap Nidya malu-malu.
Berat rasanya mereka menghabiskan malam ini begitu cepat. Walaupun dipenuhi dengan canda tawa,tetap saja dalam pribadi masing-masing akan merasa kehilangan. Kehilangan Nidya untuk yang kedua kalinya,kehilangan seorang sahabat yang paling mereka sayangi. Tapi itulah yang namanya hidup. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
☼☼☼
Malam terakhir menjaga makam,malam terakhir bersama Nidya,malam terakhir melaksanakan pesan terakhir Nidya. Terasa berat memang untuk tetap tersenyum disaat-saat seperti itu. Tapi itulah yang diusahakan Fiqo dan Hiski agar tetap tersenyum dimalam terakhir mereka bersama Nidya. Mereka tak ingin membekaskan kesedihan disaat-saat terakhir bersama Nidya.
"Ki,Nidya mana sih?! Kok belum nongol-nongol juga tu anak"tanya Fiqo sambil celingu'an mengawasi setiap sudut makam.
"Ntah ni. Mungkin dia lagi ngurus surat izin masuk surga kali"jawab Hiski santai.
"BODOH!  kamu kira pakai paspor kalau mau masuk surga. Ngomong ngasal aja. Aku serius ni!"
Fiqo menjitak kepala Hiski kesal.
"Iaia deh maaf. Aku juga gak tau Dya kemana. Ih,jadi takut lah kalau gak ada Dya yang nemenin"kata Hiski yang kini bulu kuduknya sudah berdiri tegak lurus.

'Khi…khikhi..khi..khi'

"HUAA!! Ada suara kuntilanak"jerit Fiqo yang kini memegang keras tangan Hiski sementara Hiski,mulutnya  terlihat sedang komat-kamit,sepertinya ia sedang memanjatkan doa-doa.
'Khi…khikhi..khi..khi'

Terdengar suara lengkingan tertawa itu makin keras.
"Ki,kayaknya itu hantu mendekat kearah kita deh"kata Fiqo panik.
Dengan ragu Hiski pun menoleh mencari asal suara itu. Dilihatnya keatas,samping kiri,kanan, dan terakhir kebelakang. Tapi tak ada satu sosok pun yang tertangkap dalam pandangannya.
"Gak ada siapa-siapa,Qo"katanya sambil menoleh kembali kedepan.
"WAAAAAAAA…!!"jerit Hiski yang juga diikuti jeritan Fiqo tatkala ia melihat sosok Nidya yang tiba-tiba tengah berdiri horor didepan mereka.
"khikhi..khikhi"
Kini Nidya tertawa melengking lagi menirukan suara kuntilanak. Rupanya Nidya lah yang menakut-nakuti Fiqo dan Hiski dengan tertawa ala kuntilanak.
"NIDYAAAAA!!!"jerit Fiqo dan Hiski serentak memecah keheningan malam,sedangakan Nidya masih tertawa versi kuntilanaknya.
"Dasar hantu jail"sungut Hiski kesal.
"Iya ni. Udah jadi hantu kok mendadak usil ya"tambah Fiqo yang sama kesalnya.
"Hahaha, ternyata Hiski penakut ya"ejek Nidya cekikikan.
"Yaya, terserahlah. Udah puas ngerjai kita?!"kata Hiski yang makin kesal.
"Hoho. Peace sob! Ni cuma balas dendam terakhir aja. Karena kamu dulu sering jaili aku"ucap Nidya sambil mengacungakan jari tengah dan telunjuknya.
"Kan kamu dendamnya sama Hiski,kenapa aku ikutan di krjai juga?"tanya Fiqo yang tidak terima atas kejailan Nidya.
"Maaf deh sayang. Jangan marah gitu donk. Kan aku cuma bercanda"jelas Nidya seraya mengulas senyum kepada dua sahabatnya.
Mereka pun saling tersenyum satu sama lain,walaupun jelas tergambar dimata mereka masing-masing bahwa ada kesedihan yang tersirat.
"Fiqo,Hiski. Makasih ya selama ini kalian udah jadi sahabatku yang paling baik"ucap Nidya disela senyumnya.
"Dan maafkan aku ya,kalau aku punya salah sama kalian. Aku sayaangg banget sama kalian"lanjutnya lagi sambil menatap satu per satu ke dua sahabatnya.
"Oh Dya sayang. Jangan bilang gitu donk. Kamu gak punya salah apa-apa kok"kata Fiqo yang kini airmatanya telah membendung.
"Aku juga minta maaf ya,Dya. Gara-gara aku kamu jadi kayak gini"sambung Fiqo lagi yang kini tak mampu lagi menahan bendungan airmatanya.
Sontak air mata Fiqo mengalir deras,diikuti isakan yang tak mampu disembunyikannya.
"Fiqo,aku gak suka kamu menyalahkan dirimu terus. Aku meninggal murni kecelakaan,bukan karenamu"bantah Nidya yang ikut menangis.
"hei hei.. Udah donk jangan termehek-mehek gini. Kamu lagi,Qo. Kan kita udah janji tadi,untuk gak nangis didepan Dya"kata Hiski sok tegar.
Padahal terlihat jelas matanya sembab,daritadi Hiski sudah menangis.ia memalingkan wajahnya agar airmatanya yang jatuh tak terlihat oleh Nidya dan Fiqo.
"Maafkn aku. Tapi aku gak bisa menahan airmataku. Berat rasanya kehilangan Nidya untuk yang kedua kalinya"ungkap Fiqo yang airmatanya makin deras menumpah ruah.
"Fiqo. Jangan gitu donk! Aku juga ngerasa kehilangan. Ingat ya! Walaupun aku udah meninggal. Tapi persahabatan kita tetap abadi. Walaupun aku gak ada disamping kalian, tapi aku selalu ada dihati kalian. Dan akan selalu disana selamanya"ungakp Nidya seraya memeluk kedua sahabatnya,tapi tetap saja pelukan Nidya hampa.,tak dapat dirasakan kedua sahabatnya.
"NIDYA. Aku sayang kamu"ungkap Hiski lirih.
"Aku juga. Selamanya Dya tetap dihatiku dan persahabatan kita akan terus abadi"tambah Fiqo yang kini mulai tenang.
"Oya,aku punya sesuatu buat kalian"kata Nidya semangat.
"Apa?"tanya Hiski.
"Tapi gak disini. Aku menguburnya dibawah pohon beringin dikampus kita"jawab Nidya yang membuat Fiqo n Hiski penasaran.
"Memang apaan sih?"tanyaa Fiqo penasaran.
"ada deh. Besok kalian cari aja. Aku menguburnya tepat disamping kanan bangku yang ada dibawah pohon beringin"jelas Nidya yang semakin menambah rasa penasaran kedua sahabatnya.
Malam terakhir itu pun dihabiskan mereka dengan penuh rasa kesedihan dan sedikit canda tawa.
Fiqo dan Hiski tau,bahwa esok tak ada lagi sosok Nidya disamping mereka begitupun sebaliknya.
☼☼☼
Pagi-pagi sekali Hiski dan Fiqo sudah berada dikampus. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi dan belum ada seorang  pun mahasiswa lain yang datang kecuali mereka.
"Qo, gimana? Kita bongkar sekarang ini tanah?!"tanya Hiski meminta persetujuan Fiqo.
"Yaya. Langsung bongkar aja. Aku udah penasaran"kata Fiqo setuju.
Hiski pun mulai menggali tanah yang berada disamping bangku dibawah pohon beringin. Kurang lebih sudah 30cm dalamnya Hiski menggali dan akhirnya ia menemukan sebuah kotak. Hiski pun langsung mengambil kotak tersebut dan membukannya.
Setelah dibuka ternyata terdapat sepasang gelang dan secarik kertas yang terlipat. Terlihat di lipatan kertas itu terdapat kalimat 'BACA SAMA-SAMA'. Fiqo dan Hiski pun langsung membuka lipatan kertas itu dan mulai membacanya
"AKU BERJANJI AKAN MENCINTAI SAHABATKU DAN AKAN MENIKAHINYA"
Fiqo dan Hiski pun sama-sama tercengang setelah membaca isi kertas tersebut.
"NIDYAAA!!"pekik mereka bersama-sama.
Sedangkan sosok Nidya yang daritadi memperhatikan mereka,tersenyum bahagia seraya terbang tinggi mengikuti cahaya putih yang menjemputnya.


Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar