Meeaawww……meeeaaawww..
Hua…!! Kok bisa ada banyak kucing dikamarku. Apa-apaan ini? Kok mereka pada mendekat kearah ku semua. Kyaa…!! Apaan itu? Kucingnya mirip zombie di film film. Mama…. Papa…. Tolong aku..!! tolong..!!
Brukk….!!
“aw… sakit!”rintihku kesakitan karena terjatuh dari atas kasurku. Ah, ternyata cuma mimpi.
***
Huft! Sial ! lagi-lagi aku mimpi diserang kucing. Memang aku salah apa sih? Aku kan gak buat salah apa-apa. Apa salah kalau aku gak suka sama kucing? Apa salah kalau aku sangat benci dan anti sama hewan berbulu itu?. Arrgghhh! Semua ini gara-gara aku ketemu sama kucingnya Nana. Kucing rese’ yang udah buat aku sengsara kayak gini.
***
Sebelumnya perkenalkan! Namaku Wira, Wira Aranta. Usiaku baru menginjak 18 tahun. Sekarang aku sedang berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta dikotaku. Adapun Nana adalah pacarku, kami baru 2 bulan pacaran. Dan adapun kucing Nana yang selalu bikin aku BT itu namanya Senjo. Kucing jantan yang sangat disayangi Nana. Mungkin Nana lebih sayang sama Senjo dibanding aku. Huft! Awas aja kalau aku jumpa sama Senjo. Akan ku cekik dia!
***
Malam ini aku sudah berada di beranda rumah Nana. Aku sedang menunggu Nana dari 5 menit yang lalu, sesekali aku meneguk teh yang sedari tadi telah dihidangkan Mbok Rin,pembantunya Nana.
Tidak lama Nana pun keluar. Aku pun mengulas senyum padanya. Tapi seperti ada sesuatu yang disembunyikan Nana dibalik punggungnya. Itu tampak dari kedua tangan Nana yang bersembunyi dibalik punggungnya.
“Taa…raa..!! manis,kan?” seru Nana sambil mengeluarkan sesuatu yang disembunyikannya.
OH MY GOD! Kucing?! Anak kucing?! Oh tidak…!
“Sayang. Perkenalkan! Ini kucing baruku, namanya Wira.” .
Apa? Wira! Kenapa harus namaku? Arrgghhh.. aku sungguh gak rela namaku dipake sama kucing itu.
“Hah?! Kenapa namanya harus Wira sih sayang?”protesku cemberut.
“Jangan marah dong sayang. Aku kasih nama dia Wira, supaya aku ingat kamu terus”jawab Nana sambil menimang-nimang kucingnya.
Supaya ingat terus samaku? Apa ni maksud Nana? Mau sama-samain aku sama kucing apa sekarang.
Akupun menatap sinis anak kucing yang sedang ditimang-timang Nana. Ingin rasanya aku berkata” KITA MUSUH” pada anak kucing itu. Tapi percuma, toh dia tidak mengerti bahasaku.
Tapi ada yang aneh, dari mana sebenarnya anak kucing ini berasal. Apakah diaanaknya Senjo. Ah, tak mungkin, Senjo kan kucing jantan. Enyahlah! Perduli amat aku sama kucing, kucing aja gak pernah perduli sama aku.
“Nana, kucingnya bisa disimpan dulu gak?”pintaku hati-hati.
“Hah? Iya..iya”jawab Nana sambil berlalu kedalam.
Meaaawwww…..meeaaawwwwwwwww…
OH TUHAN! Mengapa aku harus dihadapkan dengan kucing lagi? Anak kucing itu telah berhasil kusingkirkan, tapi mengapa kemudian Senjo datang? Ah, tapi gak apa-apa. Ini kesempatan aku untuk memberi pelajaran pada Senjo. Mumpung Nana gak ada dan mumpung cuma ada aku dan Senjo disini.
“Awas kau Senjo! Kali ini kau gak akan kulepaskan. Aku akan memberikanmu pelajaran karena telah mencakarku kemarin.”gumamku dalam hati seraya mendekati Senjo.
“Senjo….pus…pus..” panggilku sambil terus mendekatinya.
Meeaawww…. Meeeeaaaawwwwwwwwwwwwww …
Sepertinya Senjo tau niat burukku terhadapnya. Semakin kudekati,semakin ia berjalan menjauhiku. Tapi tak akan kubiarkan, kali ini Senjo harus merasakan akibatnya.
Syyaaappppp……!
“Yes! Dapat!”gumamku girang.
Kini Senjo sudah berada dalam genggamanku. Kali aku aku memegangnya sangat hati-hati. Aku gak mau kalau Senjo mencakarku lagi.
Aku pun membawa Senjo keluar. Setelah mendapat posisi yang pas, aku pun memulai seranganku.
Hyaaaa…aa…aaa
Aku menarik ekornya,mencubit perutnya, bahkan sesekali aku mencekik lehernya. Biarlah aku berdosa pada nabi karena telah menyiksa hewan kesayanganya, yang penting sekarang aku puas.
Meeeeaaawwww….meeeaawwwww..
“Wira! Apa yang sedang kau lakukan pada Senjoku?”
Oh,tidak! Aku kepergok!, tiba-tiba saja Nana muncul ditengah-tengah penyiksaanku.
“Hemm. Gak..gak. aku lagi nemeni Senjo pipis”dalilku yang tak masuk akal.
“Pipis? Anak kecilpun tau kalau kamu sedang meyiksa Senjo tadi!” kata Nana marah seraya merebut Senjo dari tanganku.
“Aku tau kalau kamu gak suka sama kucing. Tapi aku gak sangka kalau kamu setega dan sejahat itu sama Senjo. Aku benci kamu. KITA PUTUS!”
Nanapun pergi meninggalkanku dengan mata berkaca-kaca. Sedangakan aku masih diam mematung mendengar kata putus yang keluar dari mulut Nana. Nana memutuskanku hanya gara-gara kucing. Kucing?! Arrggghhh… enyahlah! Aku gak mau perduli lagi dengan Nana ataupun hewan peliharaannya itu. Biarlah aku putus dengan Nana. Putus dengan Nana berarti terbebas dari kucingnya yang aku benci itu. No woman, no cry! No cat, I’m happy!
***
Sudah satu bulan aku putus dengan Nana. Benar saja, sampai sekarang Nana masih membenciku. Ia selalu melempar tatapan sinisnya setiap berpapasan denganku dikampus. Tapi yasudahlah! Aku pun sudah bisa melupakan Nana. Dan sekarang aku juga sedang dekat dengan seorang cewek yang tak kalah baik dan cantiknya dengan Nana,yaitu Yila.
***
Kini aku sedang duduk diruang tamu Yila. Ini pertama kalinya aku datang kerumah Yila. Tak lama, Yila pun muncul sambil membawa segelas jus. Ah! Yila sangat cantik hari ini dengan dress birunya. Lalu Yila duduk disampingku. Kamipun berbincang, sesekali kurayu Yila dengan kata-kata yang kutiru dari wayang-wayang OVJ.HEHEHE
Meeeeaaawwww…. Meeeeaawwwwwwww..
“Hani! Puss….puss.. sini sayang” panggil Yila yang membuatku menoleh kearah asal suaru itu.
KUCING?!!! OH TIDAK! JANGAN LAGI!!!!!!!
-SELESAI-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar